4 hal yang diajarkan orangtua saya tentang Traveling

Selama beberapa minggu ini saya banyak melakukan blog walking (mengunjungi blog-blog tetangga ) dan mendapati banyak kisah menarik tentang traveling bersama orang tua. Kisah-kisah itu mengangkat topik seperti  lokasi yang cocok dikunjungi  orang tua, bekal makanan apa yang perlu dibawa ketika traveling bersama mereka, dan lain sebaginya. Saya kemudian berpikir tentang pengalaman saya sendiri. Sebenarnya bisa dibilang saya lebih sering jalan bersama orang tua dibanding teman. Bukan karena saya anak manja ya (uhuk uhuk) tapi karena kebetulan saya tinggal berjauhan dari mereka, sehingga waktu liburan benar-benar dipakai sebagai ajang temu kangen. Seringkali justru mereka yang mencetuskan ide untuk pergi ke suatu tempat, lalu saya dan adik yang disuruh menyusun itinerary. Karena seringnya wisata bersama, banyak ilmu traveling yang saya dapatkan dari mereka.

1. Menabung

Karir bapak saya diawali sebagai seorang wartawan di sebuah media cetak nasional. Karena pekerjaannya, beliau sering dikirim untuk meliput berita baik di dalam maupun luar negeri. Setiap mengunjungi suatu tempat yang disukainya, bapak selalu berkhayal untuk mengajak keluarganya kesana. Tapi sayang gaji seorang wartawan tidaklah besar, sehingga untuk mencapai keinginan itu beliau harus banyak menabung. Untungnya kedua orang tua saya mempunyai cita-cita yang sama sehingga lebih memprioritaskan menabung untuk melihat dunia dibanding beli mobil baru. Ketika tabungan sudah dianggap cukup, mereka pun pergi ke Singapur bersama saya yang waktu itu masih balita. Jadi berapapun gajimu, selama ada keinginan untuk traveling pastikan untuk disiplin menabung. Tapi lebih asik kalo gajinya gede ya jadi nabungnya gak lama-lama amat  😛

10401007_38593800983_1653_n

Pertama ke Singapur bersama orang tua

kecil4

Bersama ibu di Hong Kong

2. Budgeting

Ibu saya seorang yang sangat disiplin dengan budget. Setiap pengeluaran pasti dicatatnya termasuk koin untuk trolley di bandara. Bahkan catatatan pengeluaran perjalanan kami di tahun 90an masih disimpannya. Karena cukup ketat dengan budget, kami lebih berhati-hati dengan pengeluaran khususnya untuk makan dan penginapan. Untungnya orang tua saya tidak pernah masalah dalam hal makan. Di tiap kota yang kami kunjungi pasti selalu mencoba makanan lokal pinggir jalan. Selain karena rasanya lebih ‘asli’, harganya pun miring. Entah itu makan Bun Cha di Hanoi atau Kebab di Istanbul, semua dilakoni. Demikian juga dengan akomodasi, mereka tidak rewel. Sering kok kami tidur di bandara jika ada waktu transit yang panjang. Ibu bahkan pernah bercerita waktu beliau dan bapak traveling berdua ke Eropa, mereka tidur di stasiun sembari menunggu kereta pagi. Karena kebiasaan ibu dalam budgeting, mau gak mau saya jadi terbawa untuk selalu rajin mencatat pengeluaran sehingga tidak membengkak disaat pergi wisata.

kecil3
Menunggu kereta di Stasiun Lourdes
kecil10
Bergaya di depan menara Pisa

3. Berani keluar dari zona nyaman

Traveling sering memaksa kita keluar dari zona nyaman. Bertemu dengan orang yang berbeda budaya dan bahasa adalah hal yang membuat deg-degan. Dari kecil saya sudah menjadi saksi perjuangan orang tua di perjalanan. Saya ingat waktu kami naik mobil dari Paris ke Lourdes, adik saya yang saat itu berumur 3 tahun jatuh sakit. Rupanya telat makan. Kamipun segera mencari restoran yang buka. Sayangnya tidak ada orang yang mengerti bahasa Inggris sehingga bapak harus berkokok dulu baru si pelayan mengerti keinginan kami makan ayam.

Saya juga teringat ketika ibu kalang kabut waktu harus ke Australia sendirian. Waktu itu saya bersekolah di kota kecil bernama Toowoomba, 2 jam dari Brisbane. Oleh sekolah, saya dilarang menjemput ibu di bandara karena umur saya yang masih 15 tahun. Takut nyasar kali ya. Jadi terpaksa ibu berusaha sendiri. Untuk menuju Toowoomba, ibu harus naik bis dari bandara ke stasiun terbesar di Brisbane. Dari situ beliau melanjutkan naik bis ke Toowoomba, lalu naik taksi ke sekolah saya. Jangan lupa semua komunikasi harus dilakukan dalam bahasa Inggris dan waktu itu belum jaman handphone, jadi pusingnya dua kali lipat. Tapi sejak pengalaman itu ibu jadi lebih percaya diri pergi sendirian. Ibu bisa mengarungi hiruk pikuk Old Quarter Hanoi atau jalan-jalan muter Toronto sendirian tanpa nyasar. Sering kali justru beliau yang memberi tahu saya tempat makan enak disekitar kota.Jadi memang benar untuk mengeksplorasi kota kadang harus ada modal nekad dan tidak malu bertanya.

kecil13
BBQ bersama bapak di Colorado
kecil15
Naik becak bersama ibu di Beijing

4. Dipaksa Mandiri

Dalam sejarah traveling, tidak sekalipun kami pernah ikut paket tour dari jakarta. Alasan utamanya karena Harga. Biaya tour satu orang bisa lebih mahal daripada biaya dua orang kalau mengurus sendiri. Selain itu dengan tour kami merasa tidak bebas mengeksplorasi kota.

Meskipun pergi tanpa tour menyenangkan dan lebih bebas, namun ada banyak hal yang membuatnya lebih ribet. Kami harus menyusun itinerary, visa, dan booking hotel sendiri. Waktu saya kecil belum ada yang namanya internet (ketahuan ya umurnya 😛 ), jadi memilih destinasi biasanya dibantu travel agent, teman, ataupun referensi dari media. Memilih penginapan kadang seperti membeli kucing dalam karung. Travel agent akan memberikan list hotel berikut lokasi dan harganya namun dengan foto yang terbatas. Kami harus membayar penuh harga hotel lalu mendapat voucher, dan sering kali kaget karena mendapat hotel yang bentuknya memprihatinkan.

Dengan mengurus traveling sendiri, kami harus bisa mencari solusi dari masalah-masalah yang timbul selama perjalanan. Saya ingat cerita ketika kedua orang tua saya berlibur berdua ke Milan. Rupanya di hotel yang mereka tempati ada masalah pipa air sehingga saat mandi air merembes ke kamar bawah. Seorang ibu Italia datang menggedor kamar mereka dan memaki maki dengan bahasa Itali. Kebetulan yang membuka pintu ibu saya. Ucapan maaf seakan tidak digubris dan si Itali makin galak. Ibupun tidak mau kalah. Dimaki maki balik lah si ibu Itali dengan Bahasa Indonesia sampai dia terdiam kemudian pergi.Karena kejadian itu mereka melapor ke manager hotel untuk dipindahkan ke kamar lain dan malah mendapat sebotol wine sebagai permintaan maaf. Lumayan 🙂

Di beberapa destinasi yang dikunjungi, bapak lebih suka menyewa mobil karena lebih fleksibel. Pada tahun 2001, kedua orang tua saya berlibur berdua ke tanah suci Israel dan menyewa mobil di bandara. Rencana mereka adalah menuju hotel, check in, taruh barang kemudian pergi lagi. Ternyata tidak semudah itu. Jalanan di Yerusalem membingungkan. Mereka berputar berkali kali tapi tetap hotelnya tidak ketemu. Karena sudah putus asa, akhirnya bapak mencegat taksi yang lewat dan meminta supirnya untuk memandu mereka ke hotel sambil bapak mengikuti dibelakang dengan mobil.

Dari saya kecil sudah banyak perjalanan wisata yang dilakukan bersama keluarga. Tentunya kadang bersitegang karena perbedaan pendapat ataupun terjadi hal-hal diluar rencana yang menggangu perjalanan, seperti nyasar, kena tipu, ataupun ketinggalan kereta. Tapi saya merasa justru itu yang membuat keluarga kami kompak karena menganggap semua itu sebagai bagian dari petualangan.  Jika banyak orang mengidolakan Anthony Bourdain, Andrew Zimmern (Pak Botak di Bizzare food) sebagai ‘travel guru’ mereka, saya justru lebih mengidolakan dua orang yang selama ini menjadi guru perjalanan saya,  bapak dan ibu. 🙂

vietnam
Santai ngebir di Hanoi

70 thoughts on “4 hal yang diajarkan orangtua saya tentang Traveling

  1. Wah orang tuamu keren ya! Kalau aku seringnya bepergian sama mama sih karena pekerjaan mama sering menclok ke negara mana untuk seminar dan aku suka diajak. x)

  2. Ya ampun, di foto pertama kukira tadi mba Clara eh ternyata mamanya ya. Miriiiiiippppp banget.

    Soal menabung, itu juga yang aku pelajari dari orang tua. Aku dari SD sudah punya celengan, SMP sudah punya akun di bank (yang masih dipakai hingga sekarang). Sayang kegiatan menabung ini nggak menurun di dua adik >.<

    • Iyaaa memang kuncinya harus rajin nabung. Tapi udah nabung pun belum tentu orang mau ngeluarin duit buat traveling. Banyak juga yang milih beli tas apa sepatu. Ya semua skala prioritas sih. Asal jangan complain bilang gak ada duit buat jalan2. Lah kan duitnya dah dibeliin tas. hihihihi

      aku juga SD udah diajar menabung, sampe bangga banget pas punya buku tabungan sendiri. 🙂

      • Ho oh. Demi jalan-jalan aku rela nggakjarang beli baju. Gadget seadanya. Sepupuku banyak yang gadget mentereng, jam tangan mahal, sepatu yang harganya bikin istighfar tapi selalu sirik dengki pas tahu aku jalan-jalan :p

        • Iya aku jg bingung. Kan jelas duitnya dah kepake utk beli gadget kan. Hahhha Bisa jadi krn jrg jalan2 jadi dipikir butuh pengeluaran yg besar. Pdhl jaman skrg kl tau selahnya bisa dpt harga promo utk tiket dan hotel. 😀

  3. Traveling yang memperkaya dan mendewasakan diri ya Mbak. Selain menyaksikan bagaimana indahnya kenangan-kenangan itu, saya juga bisa melihat, dari foto-foto itu, bagaimana kalian berdua sebagai anak-anak terus tumbuh dewasa bersama orang tua, pada akhirnya ditutup dengan manis dengan foto ngebir di Hanoi itu, waa warming hearts banget Mbak! Kalian dekat sekali sebagai sebuah keluarga :)).

    Saya setuju, perjalanan membawa banyak manfaat, terutama untuk hubungan interpersonal karena kita mesti mengerti budaya dan adat orang-orang di luar sana. Menjadikan diri lebih hemat juga karena terbiasa menabung, terus berusaha hidup sehemat mungkin di sana (hemat yah, bukan pelit :haha). Tapi dirimu keren Mbak, sudah melanglang buana ke banyak negara :)).

    • Iya aku setuju keluarga harus sering traveling bareng supaya lbh dekat satu sama lain. Mau gak mau harus mencari solusi bersama kalau ada masalah di perjalanan.

      Untungnya orang tuaku asik kok kalau diajak jalan. Kadang aku milih itinerary aneh saja mereka mau ikut. Contohnya ke gereja tengkorak di Roma atau Mutter museum di Philadelphia yang menyimpan irisan otaknya Einstein. hahaha

  4. Beruntungnya dibesarkan orang tua yang doyan traveling, kan seru masih kecil udah bisa melihat dunia.
    Toowomba di sebelah mananya Toowong? Sering denger (atau lewat) tapi lupa dah, kangen brisbane

    • Iyaaa. seru banget bisa melihat dunia dari kecil. Toowoomba itu kota kecil yang letaknya 2 jam ke arah barat kota Brisbane dan diatas bukit. Kampung gitu deh. Suka banyak sapi berkeliaran. hahaha Kalau Toowong masih di dalam kota Brisbane, inner suburbnya.

  5. Foto-fotonya keren banget. Zaman-zamannya saya belum lahir tuh mbak. Kalau lihatin foto yang model begituan punya orang tua sama kakak-kakak sepupu yang lebih tua, jadi pengen punya foto yang original kayak gitu. Tapi sayang, zamannya udah beda…
    Btw, cara-caranya bisa ditiru nih hehehe

    • Iya betul! Tp semuanya skala prioritas sih. Ada yg mending duit tabungannya dibeliin mobil atau tas dan sepatu. Ujung2nya kl emang hobinya traveling, ya nabung utk hobi gak terasa berat. Hahah Btw salam kenal ya, Zilko 😀

  6. sebelumnya salam kenal mbak Clara untuk pertama kalinya saya berkunjung nih hehe

    sudah turun temurun sepertinya ini Traveling masa kecil sudah diajak jalan2 sama ortu dan sudah besar punya cerita sendiri 🙂

    • Dari dulu orang tua suka jalan2 tp suka ngerasa bersalah kl gw ditinggal. Nyokap cerita dulu pas gw TK, gw pernah dititipin ke eyang selama ortu liburan ke Eropa, soalnya budgetnya emang cukup utk berdua doang. Adanya dlm perjalanan nyokap bukannya seneng malah nangis terus inget gw (emang gw ngangenin bgt sih 😜), jadi liburannya malah gak puas. Setelah itu mereka nabung lbh kenceng deh spy gw ikut dibawa. Yes! Hahaha

  7. Hi Mba, nice sharing, thanks a lot
    senang membaca tulisan tentang traveling bersama keluarga dari kaca mata seorang anak, terharuuu hehe, membayangkan anakku nanti menuliskan hal yang sama, semoga

    salam kenal ya 🙂

    • Makasih ya udah mampir ke blog. Salam kenal juga 😀. Emang plg asik traveling brg keluarga. Pada hari biasa kan punya kesibukan masing2. Jd liburan brg adalah salah satu cara paling jitu utk reconnected. 😀

  8. Seru bangat bacanya dan kelihatannya seru lihat keluarga mbak ngetrip bareng. Orang tua ku paling nga suka kalau diajak jalan-jalan, alasannya capek dll. Yang ada sekarang jadi nga pernah ngajakin mereka lagi.

  9. Wah kakak sama banget sama aku, aku juga lebih sering jalan sama keluarga sih, lebih tepatnya sekarang aku rutinin minimal setahun sekali 🙂

    Mama juga selalu wanti-wanti soal nabung jadi kalo mau ke mana-mana ya musti nabung, harus punya 2 tabungan katanya 1 buat travelling dan 1 buat emergency dan masa depan. Kalo gajinya pas-pasan piye bikin 2 tabungannya tapi :((

    • Iyaaa aku setuju banget. Nabung untuk traveling penting krn bisa nambah wawasan dan pengalaman ya. Lagian pergi bareng keluarga itu wajib karena bisa mempererat hubungan karena kan kalo nyasar problem solving nya bareng2 😛

  10. Habis baca artikel ini aku juga ngefans sama bapak ibu kamu nih..keren banget ibu berani sendirian ke Towoomba yang jauuhh itu. Ortuku traveling karena perjalanan dinas dan mereka gak pernah ngajak anak2nya, begitu aku hobby traveling di kemudian hari, walo ngomel nasehati duit sebaiknya ditabung, tapi diam2 mereka selalu support juga diam2 senang dengan hobby travelingku 😀

  11. Senang sekali dan bersyukur banget dari kecil sudah berkesempatan untuk jalan2 Clara, saya ke luar negeri pertama kali ketika udah tua 22 deh, tapi saya punya mimpi dari kecil yaitu keliling dunia biarpun blm ada duitnya dulu beli peta dunia dan ditempel dirumah 😁

    • Saya bersyukur ortu hobi jalan2 jg. Sebenernya pendapatan mereka gak berlebihan, tapi emang bela2in nabung untuk liat dunia. Saya ngerasa banget traveling menambah wawasan dan pengetahuan luar biasa yang gak bisa didapat di ruang kelas dan gak bisa dicuri org 😉 Wah beli peta dunia itu sudah langkah awal merangkai mimpi loh. Buktinya sekarang dah otw keliling dunia 😊

  12. keren ah! emang udah dapaet bakat jadi traveler dari kedua orang tua. keren ya foto retro gitu, awwww you so lucky ya mba, so many blessing in your live :*

    xoxo ❤
    NikeCrystalia

  13. Aku juga mau banget membentuk keluarga yang seperti ini! Bukan masalah berapa negara atau kemana aja nya, tapi nilai-nilai kehidupan yang berserakan disekitar 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s