Bukit Batu adalah kumpulan batu-batu besar yang berderet membentuk gugusan bukit yang terletak di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Hingga saat ini keberadaan Bukit Batu masih misteri. Kumpulan batu-batu besar ini berada di tengah hutan belantara yang jauh dari gunung dan sungai sehingga tidak mungkin berasal dari letusan gunung berapi atau banjir besar. Selain itu tidak pernah ada bukti sejarah yang mengatakan bahwa lokasi itu bekas peninggalan suatu kerajaan, namun tumpukan bebatuan besar itu terlihat tersusun rapi seakan sengaja dibangun.
Karena tidak ada penjelasan konkret tentang asal mula Bukit Batu, masyarakat setempat berbagi cerita tentang legenda asal usulnya. Alkisah Bukit Batu adalah kerajaan Raja Penguasa, keturunan Bawin Kameloh dan Burut Ules. Nama asli Raja Penguasa sendiri hanya diketahui oleh orang-orang yang memiliki kesaktian atau tingkat spiritual yang tinggi. Deretan batu dengan cerita mistis dibaliknya mengingatkan saya pada tumpukan batu Stonehenge di Inggris yang asal usulnya pun masih menjadi misteri. Jadi sebut saja Bukit Batu adalah Stonehenge ala Dayak 🙂

Bukit Batu
Sejak kecil saya sering sekali berkunjung ke Bukit Batu. Entah karena ada upacara adat atau hanya sekedar berkunjung. Banyak keluarga yang masih menetap di Kasongan, sebuah kota kecil berjarak setengah jam dari Bukit Batu. Jadi setiap berkunjung dari Palangkaraya ke Kasongan pasti tidak lupa sowan ke Bukit Batu.
Waktu saya kecil, Bukit Batu belum dikenal seperti sekarang. Keadaannya masih sepi. Meskipun ada yang berkunjung pun biasanya hanya segelintir orang dari daerah sekitar. Berbeda dengan dulu, kompleks bebatuan besar ini sekarang dikelilingi pagar dengan biaya masuk 2000 rupiah.
Hiruk pikuk pengunjung yang datang bukan hanya dari lingkungan sekitar tetapi dari seluruh Indonesia bahkan sampai mancanegara. Jaman dulu kami selalu membawa bekal cemilan atau minum karena jauh dari warung terdekat. Tapi sekarang sudah berjejer warung makan minum yang menemani pengunjung beristirahat. Namun yang paling disayangkan adalah banyaknya coretan pylox dan spidol yang mengotori dinding batu sehingga merusak pemandangan. Seharusnya penjaga memberi sanksi yang keras bagi siapa pun yang didapati merusak cagar alam budaya ini. Kalau tidak, dalam beberapa tahun Bukit Batu bisa kehilangan keasriannya.

Bukit Batu

Adik saya bergaya di Bukit Batu
Dulu saya sering bertanya kepada ibu apa keistimewaan bukit batu. Kenapa kami sering sekali kesana padahal panasnya minta ampun. Ibu berkata,” Itu tempat bue (kakek dalam bahasa Dayak) bertapa”. Bue saya bernama Tjilik Riwut dan dikenal sebagai orang besar. Beliau adalah Pahlawan Nasional asal Kalimantan tengah, Gubernur Kalimantan Tengah yang pertama, dan namanya juga diabadikan sebagai nama jalan dan Bandar Udara di Palangkaraya. Tapi yang melekat di benak Masyarakat Dayak pada umumnya adalah kesaktiannya. Beliau dikabarkan bisa menghilang tanpa jejak ketika dikejar pasukan Belanda, bisa berjalan puluhan kilometer hanya dalam hitungan menit, dan seorang tabib yang bisa menyembuhkan segala penyakit. Pokoknya multi talented, sakti mandraguna. Alkisah ilmu itu didapatnya karena rajin bertapa di Bukit Batu.

Tempat bertapa Tjilik Riwut
Meskipun bue meninggal ketika saya berumur 9 tahun, namun semua cerita tersebut kontras dengan gambaran bue yang saya kenal. Bagi saya beliau seorang manusia biasa meskipun agak nyentrik. Sewaktu kecil saya sering dititipkan di rumah bue dan eyang di Jakarta (nenek saya berasal dari Yogya jadi panggilannya eyang).
Tiap main kesana saya selalu melihat bue dengan kaos oblong, sarung dan kacamata hitamnya. ya, kacamata hitam dalam rumah. 😛 Ibu selalu mengingatkan untuk tidak berisik nanti bue marah. Tapi dalam ingatan tidak pernah sekalipun beliau marah ke saya. Adanya bue sering traktir jajan, atau atraksi sulap. Bukan sulap menghilangkan diri atau melayang diatas tanah ya, tapi sulap mencopot gigi palsunya. Kalau saya kaget atau pura pura kaget setelah adegan sulap yang sama berkali kali, beliau akan terkekeh senang dan menaruh gigi palsu dalam gelas. Cerita inilah yang membuat ibu menyimpan gigi palsu ini ketika beliau meninggal.
Sampai sekarang Bukit Batu masih dikenal sebagai tempat keramat yang sakral untuk bersemedi khususnya di malam Jumat atau bulan purnama. Orang yang mempunyai niat khusus, misalnya ingin berhasil dalam studi, karier, dan sukses usaha biasa memohon petunjuk di sini. Setelah permohonannya dikabulkan, mereka akan kembali lagi membawa sesajen seperti ayam, babi, sapi, atau kerbau. Selain itu, mereka juga meletakkan kain kuning sepanjang dua meter di tempat mereka memohon sebagai ucapan terima kasih.

Apabila permohonan dikabulkan, kain kuning 2 meter akan dipasang di tempat bersemedi sebagai ucapan terima kasih
Meskipun dibesarkan Katolik, orang tua saya mengajarkan untuk selalu menghargai budaya dan adat istiadat leluhur. Tiap kali ke Bukit Batu saya selalu diwajibkan untuk memberi hormat kepada nenek moyang dengan memberikan salam atau sesajen seperti rokok, aqua, kadang baram (alkohol orang dayak). Katanya sari-sari sesajen itu akan diserap leluhur, sehingga hanya dalam 1 jam rasanya menjadi hambar. Awalnya saya tidak percaya, sampai suatu saat saya meyaksikanya dengan mata kepala sendiri. Waktu itu kami memberi sesajen ayam rebus yang diletakkan di dalam rumah kecil keramat untuk leluhur bernama Patahu. Tidak sampe satu jam saya melihat warna ayam itu berubah dari putih ke hitam pekat dan terlihat kering tanpa sari. Luar biasa bukan?

Om Kletus memasang sesajen di Patahu
Banyak juga pengunjung yang datang ke Bukit Batu untuk menikmati pemandangan alamnya yang mengesankan. Jika mendaki keatas bukit tertinggi, anda akan melihat hamparan luas pohon-pohon hijau sejauh mata memandang. Suasana alam yang damai indah dengan angin sepoi sepoi memanjakan kelima indra kita. Sering pula terlihat burung elang berputar diatas bukit yang dipercaya bisa memberikan pertanda, bisa baik bisa buruk, tergantung dari cara terbang dan suara yang dikeluarkanya.
Di halaman Bukit Batu terdapat sumur yang dikenal dengan nama Telaga Bawin Kameloh. Sumur itu berdiameter sekitar 50 sentimeter dan tidak pernah kering. Bawin Kameloh terkenal akan kecantikannya, sehingga wanita yang meminum air atau membilas wajah di sumur itu akan diberi berkat kecantikan yang setara dengannya, sedangkan para pria diberikan aura kewibawaan. Keponakan saya, Tantri, yang berkunjung dari Jakarta sempat membilas wajahnya dengan air ini. Ketika kembali ke kantor semua rekannya memuji wajahnya yang terlihat lebih segar dan berseri. Apakah ini akibat air Bawin Kameloh atau faktor cuti panjang? silakan mencoba sendiri!
Bukit Batu penuh dengan misteri dan keindahan tersendiri. Era modernisasi membuat cagar alam ini seakan kehilangan jati dirinya sebagai wadah interaksi antara manusia dengan alam. Untuk itu adalah tugas kita sebagai penerus untuk menjaga kelestarian budaya ini, karena saya percaya dengan menghargai alam dan leluhur, kita juga menghargai Hatala (Tuhan dalam bahasa Dayak). Kalau warga Inggris saja bisa melindungi tumpukan batu di Stonehenge, sudah seharusnya kita juga bisa melindungi Bukit Batu. 🙂

Berkunjung ke Bukit Batu bersama keluarga
Waaah keren. Aku pengen ke Stonehenge dan Bukit Batu! \o/
Ayoooo dong! Asikkk loh 😀👍
*ngumpulin receh*
Salam sejahtera..
Entah saya manggilny apa ini ke kakak
Sebelumnya perkenalkan saya didit dari keluarga oma datuk adel nyimbay istri opa datuk amir hamzah,bila kakak dan keluarga mengijinkan saya pingin menyambung lg tali persaudaraan
Dan saya anak dr adele marie yg adalah anak dr oma adriana paulina
..kl tidak salah kita masih sodara walo nggk pernah ketemu…
Salam sejahtera
Didit
Salam sejahtera..
Entah saya manggilny apa ini ke kakak
Sebelumnya perkenalkan saya didit dari keluarga oma datuk adel nyimbay istri opa datuk amir hamzah,bila kakak dan keluarga mengijinkan saya pingin menyambung lg tali persaudaraan
Dan saya anak dr adele marie yg adalah anak dr oma adriana paulina
..kl tidak salah kita masih sodara walo nggk pernah ketemu…
Salam sejahtera
Bisa alternatif wisata di Kalteng nih.
Sayang sekali corat-coret itu kok harus ada. Harusnya sipembuat corat-coret dibuat kapok dengan memberikan hukuman yang setimpal. Juga harus ada tulisan larangan corat-coret.
Selama aku disana emang gak liat larangan coret2. Sayang sekali padahal batunya bagus2. 😢
Kalo ke Kalteng mampir ya kesana. Unik suasananya! 😀
keren kak bisa membandingkan yg di inggris ama yg di indonesia, salut
Terima kasih 😀❤️
Semoga lestari dan nggak ada yang iseng corat-coret ya. Btw Bue-nya gagah!
Amin. Semoga tetap dilestarikan wisata alam ini!! Iya emang bue gagah juga ya wkt muda. 🙂
Tempatnya menarik banget, semoga suatu ketika bisa sampai ke sana juga 🙂
Sayang banyak yang corat coret gitu ya. Mungkin sebaiknya penjaga tidak hanya mengutip ticket masuk, melainkan juga sekaligus berjaga supaya jangan sampai ada yang corat coret
Iya betul saya setuju utk dijaga kebersihannya. Sayang sekali batu batu itu bisa rusak ya kalo kena zat kimia dari pylox terus menerus. 😢
Menarik sekali, aku malah baru tahu loh 🙂 Vandalisme itu memang suka keterlaluan banget, tidak memiliki rasa kepunyaan/ownership bahwa wilayah publik itu ya milik dia juga 😦 Terimakasih atas informasinya, semoga makin banyak dikenal 🙂
Makasih dah mampir ya 😀 iya Vandalisme di Bukit Batu emang parah bgt. Pengunjung gak terlalu peduli dgn kebersihan dan dampak dari zat kimia kl udah nyerap dlm batu alam. 😢
Tempat yang unik dan sangat menarik! Saya tertarik dengan legenda yang ada di tempat itu, penasaran ingin membuktikannya, tapi bukan yang bagian memohon sesuatu atau bagian taruh sesajen, bagian yang cuci mukanya saja :hehe :peace. Ya, menghargai adat istiadat memang harus dilakukan, kalau menurut saya. Apalagi menghormati leluhur, karena bakti pada orang tua adalah perbuatan dengan pahala terbesar di muka bumi ini, bagaimanapun caranya :hehe.
Ya betul. Kita sebagai warga Indonesia ya harus menghargai warisan adat istiadat leluhur, selama tidak merugikan orang lain. Semakin jauh dari tanah air, gw malah pengen lebih tau budaya sendiri. hahaha
Iya Mbak, sama, ada banyak aspek budaya yang belum diselami bahkan oleh orang Indonesia sendiri, makanya kita harus memulainya :)).
Wah… Ini kayak Batu Baginde di Pulau Belitung ya. Batunya besar sekali di tengah hutan. Dijadikan tempat sembahyang juga.
Iya betul spt batu yg di pulau belitung. Gw blum pernah ke belitung sih tp banyak yg cerita. btw salam kenal ya 😀
Salam kenal juga, Clara. Ntar kalo ke Belitung, cari tau Batu Beginde. Batunya besar dan bisa dipanjat. Pemandangan dari atas sana keren kali! 😀
ah liat photo di Stonehenge, ngeri euyy. btw kok batu-batu yang kalimantan banyak coretan sih?
Iyaaaa sayang bgt yaaaa dicoret-coret. Makanya kapan main ke bukit batu dong, sekalian bersih2. Hihihi
mau pantai dulu mba. Derawan dllah.. hahahahaha. btw masih di LN ya mba?
Derawan bagus. Belum pernah kesana tp liat foto2nya keren bgt! Iya nih masih di LN. 😀
Betul bagus!. Ah yg bag timur indo juga semua bagus. Tp tiketnya ngak nahan. Hahaahha
Sekarang masih di Indonesiakah atau udah balik ke Canada Clara?
Aku skrg dah balik di Canada nih 😀
Waaa…. berapa lama pulangnya?
Kmrn di Indo lama kok. 3 bulanan. Liburan panjaaaaaaang. Hihihihi
ini bukit batunya, apa mirip mirip ama yang di laskar pelangi ituh mbak????
Apik tenan, koyok nek pegunungan.
ttd.
notedcupu.com
Iyaaa betul mirip ama yg di laskar pelangi. Tapi itu di pantai, kl bukit batu di dalam hutan rimba. Hahaha
tuh batu, kalo di rumahku, halahhhh, psti wes habis mbak. bisa jadi batu akik, batu pondasi rumah, dll wkwkwkww
Huwaaa…batunya kaya bergelimpangan. 😀
Mungkin karena di Kalimantan jarang gunung tapi malah banyak batu ya? *ga nyambung*
iya bener tuh teori lo. Jadi kl wiken pada naik batu bkn naik gunung. Hihihihi
Padahal jelas tempat ini keramat dan sakral, dan risiko ketika dibuka untuk umum lalu ramai, ancaman vandalisme mulai terasa. Harus ada tindakan tegas untuk itu ya Mbak, supaya pengunjung menghormati tempat suci ini 🙂
Maaf..penulis ini sepupunya Heru ya?
Cucu Pak Tjilik Riwut juga, teman sy waktu kls 1 SD di SD Katolik Sampit dulu.
Saya selalu senang, bangga dan kagum setiap kali berkunjung ke Bukit Batu ini.
Iyaaaa saya sepupunya Heru. Makasih banget ya dah mampir ke blog 😀. Skrg tinggal dimana?