Liverpool adalah sebuah kota di Inggris yang identik dengan The Beatles. Namun tidak banyak yang mengetahui bahwa Liverpool memiliki latar belakang sejarah yang sangat menarik. Pada kunjungan kesana, secara  tidak sengaja  saya menemukan peninggalan sejarah yang unik namun membuat bulu kuduk berdiri. Tempat ini adalah St James’ Garden. Sebuah taman yang dibangun tepat diatas kuburan dan hampir seluruh permukaannya dipenuhi beratus-ratus batu nisan.

Saya berkunjung ke St James’ Garden setelah selesai mengunjungi Katedral Anglican yang terletak  disebelah taman ini karena tertarik dengan plang yang terpampang dipagar taman, ” A Historic Place for people to enjoy”. Sangat ironis setelah mengetahui bahwa taman itu adalah sebuah kuburan.

St.James Garden terletak di Duke Street, yang berada tidak jauh dari pusat kota. Lokasinya tepat disebelah Katedral Anglican Liverpool yang berada di  daerah St.James’ Mount (bukit St James). Dari pusat kota, anda bisa mengambil bis nomer 82 atau 86 dari Lime Street menuju Berry Street kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki sepanjang Rodney Street sampai menemukan St.James’ Mount. Namun untuk turis, cara yang paling mudah adalah menggunakan  bis ‘Hop on-Hop off ‘ yang tersedia khusus untuk para turis. Bis ini  berhenti tepat di area parkir Katedral. St James’ Garden dibuka 24 jam-365 hari, dan tidak dipungut biaya masuk.

Awalnya, St James’ Garden adalah sebuah pertambangan. Pada tahun 1825, hasil tambang telah terkuras habis sehingga pemerintah kota memutuskan untuk menjadikan tempat ini area pemakaman. Pada saat itu taman makam sangat dibutuhkan karena pertambahan penduduk yang meningkat tajam semenjak Liverpool menjadi pelabuhan nomer 2 terbesar di Inggris. Arsitek lokal bernama John Foster bertanggung jawab atas pembangunan area pemakaman ini, termasuk kapel, dan katakombe ( kuburan dalam ruangan bawah tanah) yang diperuntukan bagi warga Liverpool kelas atas.

Jenasah terakhir dimakamkan pada tahun 1936. Setelah itu, area pemakaman dianggap tidak aman karena  terlalu padat dan nisan saling bertabrakan.Pada beberapa area timbul erosi dan terkikis sehingga area tebing sempat roboh.Pemerintah kotapun akhirnya memutuskan untuk menjadikan area ini sebuah taman.

Langkah pertama yang dilakukan pemerintah untuk memugar area pemakaman ini adalah menanam berjenis-jenis pohon dan bunga. Selain itu, nisan-nisan yang memenuhi pemakaman dipindahkan ke sudut-sudut area untuk memperluas ruang gerak di taman itu. Bahkan banyak nisan dan monumen yang dikubur didalam tanah. Oleh sebab itu, pengunjung dilarang membawa anjing ke taman  karena dikawatirkan akan menggali lubang dan  merusak makam yang berada disitu.

Tiap nisan memiliki ceritanya sendiri. Dijaman itu, latar belakang jenazah dan kisah dibalik kematian mereka ditulis pada batu nisan. Contohnya nisan Eliza Clements. anak perempuan berusia 9 tahun ini  meninggal di San Fransicsco tahun 1849. Eliza meminta untuk dikebumikan di tanah kelahirannya, Liverpool. Keluarganya pun harus menempuh perjalanan jauh selama 11 bulan dari San Fransisco ke Liverpool sambil membawa jenasah Eliza.

Meskipun taman ini agak menyeramkan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa tempat ini terasa sangat damai . Apabila anda duduk sambil menikmati suasana sekitar, kicauan burung bisa terdengar jelas. Desiran angin sepoi-sepoi membuat suasana semakin teduh. Hiruk pikuk kota sama sekali tak terdengar. Jadi, kalau anda tertarik dengan sejarah dan suasana yang tenang, mampirlah ke St James’s Garden disaat anda berkunjung ke Liverpool.