Saya tiba di bandar udara Hanoi tanggal 10 Oktober 2012. Lama perjalanan dari bandara menuju hotel sekitar 45 menit. Jalan raya ke pusat kota luas dan lebar serta padat kendaraan. Identik dengan kota metropolitan. Sampai sempat ngalamin kemacetan yang cukup panjang selama berada di kota ini.
Saya menginap di Melia hotel yang letaknya di Jalan 44B Ly Thuong Kiet, hanya 20 menit jalan kaki menuju Old Quarter (Kota tua Ha Noi). Hotel ini juga dekat dengan pusat perbelanjaan yang menjual barang-barang bermerek. Jika dibandingan Jakarta, mall di Ha noi sangat sederhana. Tidak ada mall mewah dengan gedung menjulang tinggi, tetapi hanya plaza dengan gedung-gedung tua 3 lantai.

Perjalanan dari Melia hotel (A) menuju Kota tua Hanoi (B)
Danau Hoan Kim
15 menit berjalan ke utara dari Melia hotel terdapat Danau Hoan Kim yang artinya danau pedang. Menurut legenda, seorang Kaisar bernama Le Loi sedang menyebrang danau dengan kapalnya. Tiba-tiba seekor kura-kura yang adalah titisan dewa merebut pedang saktinya dan dibawa ke dasar danau.
Danau ini memang terdapat beberapa kura-kura bercangkang lunak berjenis Rafetus Leloii. Jenis ini sudah hampir punah. Beberapa kura-kura ditemukan di danau dalam keadaan luka karena terkena benda-benda tajam dari sampah yang dibuang masyarakat sekitar.

Kura-kura yang ditemukan di danau Hoan Kiem
Danau Hoan Kiem padat pengunjung. Ada yang bermain bola, bermesraan dipinggir danau, sampai syuting film. Tapi yang paling sering terlihat adalah sesi foto pre-wedding.
Menyebrang di daerah ini agak susah. Lampu merah, lampu hijau tidak ada bedanya. Saya hampir ditabrak truk besar. Saat itu, lampu pejalan kaki sudah berubah hijau. Tiba-tiba truk besar berbelok tanpa mengindahkan lampu lalu lintas. Saya berlari menghindar tapi dihadang beberapa sepeda motor yang melintas dengan kecepatan tinggi. Sangat menegangkan.
Di sekitar danau, banyak penjual makanan. Tapi hati-hati, jika tau kita turis, biasanya harganya dinaikkan.

Sisa benteng peninggalan sejarah yang terletak di danau Hoan Kiem

Berfoto di depan danau Hoan Kiem

Becak yang mangkal di sekitar danau Hoan Kiem biasanya memberi harga tinggi untuk turis. Hati-hati!

Berfoto di jembatan merah

Gerbang menuju candi

Ruangan tempat para biksu bersemedi

Pemandangan danau dari pulau Giok

Dupa raksasa
Katedral Santo Joseph
Katedreal Santo Joseph adalah gereja katolik Roma tertua di Hanoi. Katedral ini dibangun pada tahun 1886 dengan gaya neo-gothic. Bagi warga Vietnam di Hanoi, katedral ini lebih dikenal dengan sebutan ‘Gereja besar’ dan terletak di jalan Nha Chung. Lokasinya sekitar 5 menit jalan kaki dari danau Hoan Kiem. Ketika komunis mengambil alih Hanoi, warga Katolik mengalami supresi. Misa kebaktian baru kembali diadakan pada tahun 1990.
Pada saat saya berkunjung, katedral ini sedang dipakai untuk acara kebaktian dan ditutup untuk umum. Katedral ini terlihat tua dan tak terawat, padahal umurnya relatif sama dengan Katedral Jakarta yang masih terlihat bersih dan megah. Disekitar daerah katedral banyak ditemukan cafe-cafe yang dipenuhi dengan turis asing dan penginapan-penginapan kecil dengan harga yang relatif murah.

Berfoto di depan Katedral santo joseph
Kota Tua Hanoi (Old quarter)
Hanoi terkenal dengan Old Quarter atau kota tuanya. Disebut kota tua karena daerah ini sudah ada sejak abad 13 dan merupakan daerah tertua di Hanoi. Jalanannya sempit,membingungkan, seperti berada di dalam mezanin. Ratusan pejalan kaki, mobil, motor, becak memadati persimpangan .
Di Old Quarter ada pasar terbesar bernama Dong Xuan. Pasarnya biasa saja. mirip Pasar Senen di Jakarta. Harga barangnya memang murah, tapi harus sabar memilih dan menawar, ditambah lagi suasana penuh sesak dan sumpek. Old Quarter juga menyediakan pelayanan pijet refleksi, spa, berbagai macam penginapan dan rumah makan. Bagi saya ada keasikan sendiri tersesat di mezanin Old Quarter, karena kadang bisa menemukan pernak-pernik yang khas ataupun makanan yang aneh.
Selama berada di Old Quarter, saya mengalami 2 insiden yang tidak menyenangkan. Pertama, sempat digetak seorang penjual roti panjang khas prancis karena hendak memotret dia. Ketika melihat gelagat saya, dia langsung berteriak nyaring ‘No fooootoo no fotooo”. heboh sekali. Sayapun beranjak menjauh. Insiden kedua adalah ketika saya dan kolega sedang berjalan di Old quarter. Sebuah motor membawa kardus besar yang diikat di kursi penumpang kehilangan keseimbangan sehingga menabrak kolega saya sampai terjatuh. Untung tidak luka. Hati-hati di daerah ini. Lalu lintasnya semerawut dan penjualnya galak-galak.

Pernak pernik suvernir yang dijual di kota tua

Pasar yang paling terkenal di kota tua

pengunjung bersantai dibawah bendera

Daerah makanan di old quater

grafiti yang banyak ditemukan di tembok-tembok Old Quarter

Salah satu tempat makanan
Suasana Old quarter pada malam hari tetap ramai. Toko-toko masih banyak yang buka dan pengunjung duduk santai dipinggir danau. Lokasi paling menarik adalah di bundaran Dien Tien Hoang karena penuh dengan pengunjung baik lokal maupun asing. Untuk menikmati pemandangan sekitar, saya anjurkan ke City View Cafe. Jika berkunjung coba kopinya saja. Makanannya mengecewakan dan harganya mahal. Selain City View Cafe, anda juga bisa mencoba menikmati nuansa kota dan pemandangan dari gedung AIA yang lokasinya tepat bersebrangan dengan City View Cafe.

City View Cafe tempat yang paling nyaman melihat daerah sekitar

Bundaran di kota tua yang selalu padat

Gedung AIA yang tepat berada di depan bunderan dan berhadapan dengan city view cafe

Menikmati bir di gedung AIA
Dari foto-fotonya, sepertinya nggak banyak yang berubah dari tahun 2012 hingga tahun 2014.. Kebetulan akhir tahun lalu aku mampir ke sini 🙂