Balada Kota Melbourne tahun 90an

Pertama kali saya menginjakkan kaki di kota Melbourne adalah tahun 1997 waktu melanjutkan kuliah S1. Saat itu suasana beda sekali dibanding sekarang. Internet masih sistem dial up, punya hp masih dianggap hebat-apalagi kalo punyanya Nokia pisang; dan hampir semua orang memelihara ‘Tamagotchi’.

Saat itu populasi penduduk Indonesia di Melbourne masih sedikit, sehingga kalimat “Dari Indonesia ya?’ masih sering terucap. Semenjak krismon, banyak kenalan yang harus kembali pulang, tapi jumlahnya diganti berlipat ganda oleh pelajar Indonesia dari Eropa, Canada, ataupun Amerika yang mencari pengeluaran hidup lebih rendah. Semenjak itu, saya tidak lagi menyapa  saking banyaknya.

Setelah tinggal 4 tahun di Melbourne, berikut kegiatan dan tempat yang sering saya kunjungi  disana.

1_flinders_st_station_melb

Stasiun Flinders (Photo source:wikipedia.org)

Tempat nongkrong

Selama di Melbourne saya beberapa kali pindah rumah, dimana akomodasi terakhir adalah Unilodge Flinders. Karena lokasi rumah di downtown, tempat kongkow yang paling sering dikunjungi adalah L’Incontro, sebuah café di persimpangan Swanston dan Little Collins street. Cafe ini buka 24 jam dan cukup popular antar pelajar karena dekat dengan kampus  RMIT.

Sabtu pagi biasanya saya habiskan di Victoria Market. Selain cuci mata, juga  untuk membeli sebotol anggur, keju, dan American Doughnut Kitchen yang dijual dari mobil VW Combi putih.

VW

Donat lezat di Victoria Market (Photo source:olivesundays.org)

Sehabis gajian adalah waktu yang tepat untuk ke daerah Chapel Street dan Toorak, daerah bohemia Melbourne, dimana banyak orang berduit tinggal. Tentunya disini harga jajanannya gak murah, saya harus merogoh kocek lebih dalam untuk menikmati suasana.

jam factory

Suasana Chapel Street

Tempat makan

pada tahun 90an restoran Indonesia masih bisa dihitung pakai jari. Restoran Nelayan di Swanston Street tetap jadi idola, karena lokasi yang strategis meskipun para pelayannya judes-judes 😂.  Restoran Indonesia yang lain adalah Restoran Padang di Swanston Street, Nelayan di Glenferrie, Borobudur di Lygon,dan yang terbaru adalah Es teler 77.

Makanan favorit untuk orang Indonesia  biasanya Nandos, China express (Lebih dikenal dengan nama Cina Cepet), King of Kings dengan menu favorit egg chiffon on rice, Supper Inn,  dan Mekong di Swanston Street. Untuk yang suka makan sushi, hand roll di depan Target laku keras karena selain murah juga rasanya memuaskan dan bervariasi. Tapi kegemaran saya tetap  Okinomiyaki yang dijual di Melbourne Central.

supper

Meskipun bentuk luarnya memprihatinkan, tapi makanannya enak!

sushi1

 Hand roll murah di depan Target

Clubbing

Saya gak gitu suka clubbing karena jam 10 biasanya sudah ngantuk (berlaku sampe sekarang). Pada  saat itu Salt Nightclub di Chapel Street sangat popular sebagai tempat kumpulnya orang Asia. Waktu itu punya banyak temen yang masuk guest list, jadi kalo kesana gak usah antre. 😆 Club ini kemudian berubah nama menjadi Warehouse. Tanya deh mereka yang pernah ke Melbourne tahun 90an. Pasti sudah pernah kesana.

Purple Emerald yang terletak di Flinders Lane menjadi  salah satu tujuan favorit akhir pekan. Tempatnya  nyaman, masuknya gratis tanpa cover charge, dan harga minum pun relatif murah. Disini pengunjung dihibur dengan music acid jazz sambil duduk santai diatas perabotan empuk dengan tema tahun 70-an.

purple2

Purple Emerald (Photo Source: https://venuemob.com.au)

Tempat belajar

Kalau jaman  ujian dan tes, biasanya belajar dirumah, cafe, atau State library. Pernah ada masa dimana saking pelitnya, banyak pelajar yang nongkrong di Pizza Hut Bourke Street saat all you eat lunch. Jadi kalo laper tinggal ambil potongan pizza tanpa biaya extra. Gara-gara itu, pihak manajemen keberatan dan membuat peraturan dilarang belajar.

library1

State Library (Photo Source:http://www.slv.vic.gov.au)

Komunitas Indonesia

Penduduk Indonesia di Melbourne itu banyak. Saking banyaknya jadi ada ‘klik-klikan’. Penuh drama. Di Melbourne lah saya bisa ketemu dengan temen masa SD, SMP, yang sudah tahunan gak bersua.  Selain itu banyak sekali kenalan orang tua saya yang anaknya sekolah di Australia, jadi gak kaget kalo ibu  suka bertanya,”Temen ibu si tante A anaknya sekolah di Melbourne juga, kamu kenal gak?”

Karena banyaknya jumlah pelajar Indonesia, PPIA (Persatuan Pelajar Indonesia-Australia) sangat aktif. Banyak sekali kegiatan yang diadakan waktu itu. Ada Indonesia night, cultural night, dan konser artis ibukota seperti Reza Artamevia dan Dewa 19. Tapi yang paling saya ingat adalah kejadian dimana Krisdayanti dilarang keluar bandara karena masalah imigrasi sehingga konser malamnya terpaksa dibatalkan.

ppia

Kumpul acara  PPIA

Bekerja Part-Time

Pertama kali punya pengalaman kerja part-time adalah waktu tinggal di Melbourne. Awalnya kerja di food court yang menjual masakan Cina di Melbourne Central. Yang punya orang Singapur yang galaknya minta ampun. Tapi keuntungannya bisa dapat makan gratis. Saya juga pernah kerja di McDonald’s Flinders karena dekat dengan rumah. Itu semacam prestasi lho, karena gaji per jam nya saat itu lumayan tinggi untuk standar fast food.

Banyak kejadian  yang terjadi ketika saya berada di Melbourne, seperti meninggalnya Putri Diana, jatuhnya orde baru, kembalinya Hong Kong ke tangan Cina, dan World Trade 9-11. Film-film yang sampai sekarang masih populer, saya nontonnya di Melbourne, seperi Titanic, Men In Black, dan Harry potter part 1. Di Melbourne inilah saya digembleng untuk lebih dewasa dan bertanggung jawab melalui sederetan trial and error. Jadi masuk akal kalo Melbourne mempunyai arti khusus. Gak kerasa udah 15 tahun  meninggalkan kota ini, keliatannya sudah saatnya untuk berkunjung kembali. Cheers, Melbourne!

 

31 thoughts on “Balada Kota Melbourne tahun 90an

  1. Wow, seru banget, Dan itu pelesetan China Express, LOL.
    Wah ada all you can eat begitu aku juga bisa betah, betah duduk makan, belajar belum tentu. 😀 😀 🙂

  2. Ah aku inget bgt sama Chapel street, sempet numpang nginep disitu seminggu sehabis aku pertukaran pelajar. Enak bgt ya keluar rumah lgsg toko2… Beda jauh sama rumah host family pas pertukaran pelajarnya di Frankston zone 4 gitu hehehe

  3. Angkatan kita selisih 2 tahun *dibahas haha. Aku dulu doyan banget sama tamagochi. Seruu ya kalau mengingat2 yg dulu2. Biasanya senyum2 sampai ngakak kalo ingat kejadian2 yg dulu.

  4. Mbak Claraaaaa! Ih seru banget ihhhh.. Btw tapi aku gak judes lho *wink wink* sok atuh nanti aku layanin 3 lauk $10.

    Aku seneng bacanyaaaa, mungkin krn aku lagi tinggal disini ya jadi bs sambil bayangin. Btw disini mah gudangnya orang Indonesia, banyak bgtttt hihihih

Leave a Reply to Yuna Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s