Dari semua kota yang pernah saya kunjungi, salah satu yang paling berkesan adalah kota Assisi di daerah Perugia, Itali. Pertama kali berkunjung ke Assisi adalah tahun 1990 ketika saya masih berumur sekitar 11 tahun. Saat itu saya berkunjung bersama orang tua, adik dan eyang. Di kota ini eyang sempat jatuh sakit karena kecapaian sampai harus memanggil dokter karena sulit bernafas. Untuk memberikan kesempatan eyang istirahat, kami memperpanjang kunjungan dari semalam menjadi 2 malam.
Pada tanggal 26 Desember 2012, sekitar 20 tahun setelah kunjungan pertama, kami menginjakan kaki lagi ke kota nan cantik ini, meskipun tanpa eyang yang telah meninggal tahun 1998. Berbeda dengan kunjungan pertama dengan kereta, kali ini kami memutuskan pergi ke Assisi dengan mobil.
Assisi dikenal sebagai tujuan wisata umat Katolik karena disinilah Santo Fransiskus dilahirkan dan mendirikan ordo Fransiskan. Tahun 2013 lalu, nama ini kembali berkibar saat seorang pastur, Jorge Mario Bergogli asal Argentina, memilih Fransiskus sebagai santo pelindung saat dia terpilih menjadi pemimpin umat Katolik sedunia. Pastur ini sekarang lebih dikenal dengan sebutan Pope Francis (Paus Fransiskus).
Bagi saya, Assisi memiliki arti tersendiri karena nama baptis saya diambil dari Santa Clara, orang suci asal Assisi. Clara adalah salah satu pengikut setia Santo Fransiskus. Ketika berumur 18 tahun, Clara mendengar Fransiskus berkotbah dan tergerak untuk mengikuti ajarannya dan hidup sederhana seperti Yesus Kristus. Meskipun Clara seorang bangsawan kaya, dia rela melepaskan kehidupan lamanya dan memilih hidup dalam kesederhanaan sebagai seorang biarawati. Pada tahun 1212, Clara mendirikan ordo Claris atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama ordo Santa Clara. Ordo ini berkembang pesat. Pada tahun 2011, ordo ini sudah memiliki 20,000 biarawati dari 75 negara.

Bersama patung Santa Clara di gereja San Rufino
Assisi adalah kota kecil bersejarah diatas bukit dengan luas 187 km persegi yang dikelilingi pemandangan indah sejauh mata memandang. Kota ini terletak sekitar 3 jam dari Roma dengan jumlah penduduk 28,132 per Desember 2013. Jalan menuju kota ini berkelok kelok dengan tanjakan yang curam. Bangunan-bangunan tua peninggalan Romawi dan jalan bebatuan kunonya,seperti mesin waktu yang membawa kita ke masa lalu. Assisi sangat populer sebagai tempat ziarah umat Katolik. Setiap tahunnya kota ini dipadati 4 sampai 5 juta pengunjung.

Kota Tua Assisi yang jalannya curam dan berkelok

Pemandangan kota Assisi dari atas bukit
Di Assisi kami menginap semalam di hotel San Rufino. Hotel bintang dua ini sangat sederhana tapi bersih dan berada di pusat kota. Hotel ini dipilih karena selain relatif murah, lokasinya juga sangat startegis. Menuju alun-alun kota hanya membutuhkan waktu 5 menit jalan kaki.
Pagi harinya kami dibangunkan dengan kicauan burung dan dentungan lonceng gereja dari gereja San Rufino yang terletak persis di depan hotel. Gereja ini adalah tempat Santa Clara dan Santo Fransiskus dibaptis ketika masih bayi. Tidak terdengar suara hiruk pikuk kota. Benar-benar damai. Saat membuka jendela kamar, hawa dingin dan segar pun berhembus masuk. Membayangkannya saja jadi ingin kesana lagi.
Tidak jauh dari San Rufino ada sebuah cafe kecil yang menjual sarapan dan kopi yang aromanya sangat menggoda. Pagi itu saya menikmati segelas cappucino dengan biscotti. Penduduknya sangat ramah. Meskipun banyak yang tidak bisa berbahasa Inggris dan terpaksa memakai bahasa Tarzan, mereka dengan sabar melayani dengan senyum mengembang.

Hotel San Rufino

Kamar hotel San Rufino yang sederhana tapi bersih

Di depan gereja San Rufino yang terletak di depan hotel
Rupanya banyak pengunjung Assisi yang pulang hari, karena setelah hari mulai gelap, suasana menjadi sepi dan hanya segelintir orang lalu lalang yaitu penduduk lokal ataupun pelajar-pelajar dari sekolah bahasa di pusat kota. Malam itu kami makan masakan Itali yang lezat di sebuah restoran kecil di pusat kota. Kami memesan irisan daging prosciutto, spaghetti Aglio E Olio (dengan bumbu minyak zaitun dan bawang putih), gnocci dengan bumbu lokal sambil menyeruput segelas anggur merah.

Suasana kota Assisi malam hari

Alun alun kota pada malam hari

Spaghetti dengan bumbu minyak Zaitun dan bawang putih

Daging asap yang digantung

Irisan daging Prosciutto
Selama di Assisi, kegiatan yang paling saya nikmati adalah berjalan di gang-gang sempit yang memberikan kejutan-kejutan baru di tiap lorongnya. Jalan sempit ini lebarnya hanya muat untuk dilalui 1 mobil. Semakin saya berjalan menjauh dari pusat kota, semakin sepi suasananya. Sekali kali saya akan berpapasan dengan orang lokal yang sibuk dengan kesehariannya seperti mengantar anak sekolah, berbelanja, mendorong mobil yang mogok, dan seterusnya. Tapi jangan kuatir. Tidak mungkin nyasar. Selain karena kotanya sangat kecil, penunjuk jalan juga terdapat hampir dia tiap simpangan.

Penunjuk jalan di Assisi

Jalanan di kota Assisi yang lebarnya hanya cukup untuk dilewati satu mobil
Di pusat kota Assisi, turis datang berombongan dengan bis wisata. Banyak yang datang dari Roma melalui Assisi untuk menuju Milan atau Venesia. Banyak juga rombongan gereja yang datang dengan pasturnya yang akan memimpin misa di gereja-gereja pilihannya.
Setelah semalam di Assisi, kamipun berangkat kembali dengan mobil menuju Milan. Benar-benar berat pergi meninggalkan kota ini dan rasanya terlalu singkat. Saya pasti akan kembali. Semoga tidak harus menunggu 20 tahun lagi.

Jalan di Assisi
Halo ms/mrs Clara.. Saya Puspita, wartawan Jawa Pos, sebuah surat kabar nasional yang homebasenya di Surabaya, Indonesia. Saya tertarik dengan artikel anda, ingin menerbitkannya. kemana saya harus kontak? Ada email yang bisa saya hubungi?
email saya puspita@jawapos.com atau puspita.a.candra@gmail.com
mohon balasannya
Kotanya cantik yaaaa! Italia adalah salah satu negara yang ingin saya kunjungi. Semoga bisa kesampean ke sana. XD
Kotanya cantik bgt. Kalau ke Itali jangan lewatin mampir ke assisi loh! 😀
Suka liat desain kota nya, kayak2 nya di film2 jamesbond gitu yaaaa hehehe
iyaaa baguss banget dan sepi. Kalau bangun pagi masih bisa denger suara kicauan burung. Desa banget deh. hahaha
Asisi ini letaknya jauh gak dari Roma? Cantik kotanya, maen ah ke sana 🙂 *ngayal*
Cuman 2 jam dari Roma. Kalau naik kereta rada ribet karena setelah keluar stasiun harus naik taksi menuju kotanya diatas bukit.
Lha dulu naik apa dong?
Aku Udah dua kali kesana. Pertama kali naik kereta. Makanya tau rada ribet nyari taksinya. Hehhee kalo kedua kalinya nyewa mobil dari Roma.
Hi Clara…mau tanya.kalau sewa mobil dari roma ke assisi, biayanya berapa ya? Makasih
Hi Cecilia, untuk tau harga paling update mending cek website nya aja. Aku kmrn pake perusahaan sewa mobil Europcar. mobilnya bisa di balikkan di kota berbeda kok. Wkt itu aku nyewa mobil di stasiun Termini Roma dan dibalikkin ke stasiun kereta di Milan.
Wah oke..thanks a lot Clara 🙂
Kota kecil yang cantik..jadi inget suasana film The American George Clooney sama film Princess Diary I.
Iyaaaa emang serasa kayak di film lokasinya. Seperti negeri antah berantah. Hahha dan enak sepi, trus penduduknya ramah2 😀
Liat kota2 kerasa familiar, mungkin sering jadi lokasi syuting film kali yaa ?
Download/Watch Terminator Genesys (2015)
Kota2 kecil di Asisi emang banyak yg mirip, bangunan tua dengan jalan setapak berbatu. Setau aku sih gak ada film hollywood yg pernah syuting disitu. Tp mungkin film negara lain ya.
Selain sewa mobil apa tidak ada bus umum? Terima kasih
Halo Natalia, makasih ya dah berkunjung ke blog aku 🙂 Dari Roma untuk menuju Asisi bisa pake kereta, tapi untuk menuju pusat kota harus pakai taksi krn dari stasiun lokasinya cukup jauh. Seharusnya ada bis yang bisa membawa penumpang dari stasiun ke kota, tapi sangat jarang sehingga nunggunya cukup lama. Jadi saya lebih rekomendasiin naik taksi.
hallo, clara tinggal di Jakarta? salam kenal..saya ada biz trip ke rome dan milan, kepikiran mau mampir assisi…itu kota segade apa ya?
Hai! Salam kenal juga 😀 kotanya kecil sih. 1 hari juga bisa keliling. Saya rekomendasiin nginep semalem krn kotanya cantik. 😀